Jumat, 01 Mei 2015
Tekanan Mutlak
Kebanyakan alat pengukur tekanan menggunakan
atmosfer standar sebagai tekanan acuan. Alat pengukur tekanan digunakan untuk
mengukur tekanan tolok yaitu perbedaan antara tekanan yang sesungguhnya dengan
tekanan atmosfer. Tekanan sesungguhnya disuatu titik didalam zat alir yang
diukur relatif terhadap tekanan nol mutlak disebut tekanan mutlak.
Tekanan atmosfer berbeda-beda di setiap
tempat tergantung ketinggian dan suhunya. Semakin rendah letak suatu titik,
tekanan atmosfer akan semakin berkurang. Atmosfer stanndar pada permukaan air
laut didefinisikan sebagai tekanan yang dihasilkan oleh kolom air raksa tinggi
760 mm pada 273,15 K (0) dibawah gravitasi standar, maka satu atmosfer ekivalen dengan :
1
atm = 1,013 x 105 N/m2(Pa)
= 2116
lb/ft
= 14,696 lb/in2 (psi)
= 1,01325 bar
Tekanan tolok diberikan baik diatas maupun
dibawah tekanan atmosfer. Apabila tekanan tolok sistem (Pg) diatas
tekanan atmosfer (Pa), tekanan mutlak (Pabs) :
Pabs = Pg + Patm
Apabila tekanan tolok dibawah tekanan
atmosfer :
Pabs = Patm-Pg
Tekanan tolok negatif seringkali disebut tekanan hampa
terjadi apabila tekanan atmosfer lebih besar dari tekanan mutlak seperti gambar
dibawah ini memberikan gambara secara grafis hubungan antara berbagai jenias
tekanan yang digunakan dalam pengukuran. Sedangkan faktor konversi antara
satuan-satuan tekanan yang umum.
Sistem dan Persamaan Keadaan
Persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan
keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan adalah
sebuah persamaan
konstitutif yang
menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi
dalam. Persamaan
keadaan berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida, campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam bintang.
Penggunaan paling umum dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam
memprediksi keadaan gas dan cairan. Salah satu persamaan keadaan paling
sederhana dalam penggunaan ini adalah hukum
gas ideal, yang
cukup akurat dalam memprediksi keadaan gas pada tekanan rendah dan temperatur
tinggi. Tetapi persamaan ini menjadi semakin tidak akurat pada tekanan yang
makin tinggi dan temperatur yang makin rendah, dan gagal dalam memprediksi
kondensasi dari gas menjadi cairan. Namun demikian, sejumlah persamaan keadaan
yang lebih akurat telah dikembangkan untuk berbagai macam gas dan cairan. Saat
ini, tidak ada persamaan keadaan tunggal yang dapat dengan akurat memperkirakan
sifat-sifat semua zat pada semua kondisi.
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang
ditentukan, ini disebut dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem). Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak
sifat dari sistem dispesifikasikan. Properti yang tidak tergantung dengan jalur
di mana sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari
sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti,
yang merupakan fungsi keadaan. Jumlah
properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan dari
sistem tertentu ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan
properti sistem yang lebih besar, dari jumlah minimal tersebut. Pengembangan hubungan antara properti dari
keadaan yang berlainan dimungkinkan. Persamaan keadaan adalah contoh dari
hubungan tersebut.
Di dalam fisika dan termodinamika,
persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan keadaan
materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan
hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi
keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi dalam.
Persamaan keadaan berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida, campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam bintang.
Ø
Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan seimbang mekanis,
apabila resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol
Ø
Keadaan seimbang kimiawi : Sistem berada dalam keadaan seimbang kimiawi,
apabila didalamnya tidak terjadi perpindahan zat dari bagian yang satu ke
bagian yang lain (difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang dapat
mengubah jumlah partikel semulanya ; tidak terjadi pelarutan atau kondensasi. Sistem itu tetap komposisi maupun
konsentrasnya.
Ø
Keadaan seimbang termal : sistem berada dalam keadaan seimabng termal
dengna lingkungannya, apbiala koordinat-kooridnatnya tidak berubah, meskipun
sistem berkontak dengan ingkungannnya melalui dinding diatermik. Besar/nilai
koordinat sisterm tidak berubah dengan perubahan waktu.
Ø
Keadaan keseimbang termodinamika : sistem berada dalam keadaan seimbang
termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan diatas terpenuhi. Dalam
keadan demikian keadaan keadaan koordinat sistem maupun lingkungan cenderung
tidak berubah sepanjang massa. Termodinamika hanya mempelajari sistem-sistem
dalam keadaan demikian.
Kamis, 30 April 2015
Perubahan Energi Dalam
Perubahan energi dalam ΔU tidak bergantung pada proses bagaimana keadaan
sistem berubah, tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir sistem tersebut.
Anda telah mengetahui bahwa proses-proses dalam termodinamika terbagi
atas empat jenis, yaitu isotermal, isokhorik, isobarik, dan adiabatik.
Perubahan energi dalam terjadi pada setiap proses tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
a. Proses Isotermal
Anda telah memahami bahwa proses isotermal merupakan suatu proses yang
terjadi dalam sistem pada suhu tetap. Besar usaha yang dilakukan sistem
proses isotermal ini adalah W = nRT In (V2/V1). Oleh karena ΔT = 0,
menurut Teori Kinetik Gas, energi dalam sistem juga tidak berubah (ΔU =
0) karena perubahan energi dalam bergantung pada perubahan suhu.
Ingatlah kembali persamaan energi dalam gas monoatomik yang dinyatakan
dalam persamaan ΔU = 3/2 nRΔTyang telah dibahas pada Bab 8.
Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses
isotermal ini dapat dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W = 0 + W
Q = W = nR T ln (V2/V1) (1 -10)
b. Proses Isokhorik
Dalam proses isokhorik perubahan yang dialami oleh sistem berada dalam
keadaan volume tetap. Anda telah memahami bahwa besar usaha pada proses
isokhorik dituliskan W = pΔV = 0. Dengan demikian, persamaan Hukum
Pertama Termodinamika untuk proses ini dituliskan sebagai
Q = ΔU + W = ΔU + 0
Q = ΔU = U2 - U1 (1-11)
Dari Persamaan (1-11) Anda dapat menyatakan bahwa kalor yang diberikan
pada sistem hanya digunakan untuk mengubah energi dalam sistem tersebut.
Jika persamaan energi dalam untuk gas ideal monoatomik disubstitusikan
ke dalam Persamaan (1-11), didapatkan perumusan Hukum
Pertama Termodinamika pada proses isokhorik sebagai berikut.
Q = ΔU = 3/2 nR ΔT (1-12)
atau
Q = U2 - U1 = 3/2 nR (T2 —T1) (1-13)
c. Proses Isobarik
Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi pada gas
berada dalam keadaan tekanan tetap. Usaha yang dilakukan gas dalam
proses ini memenuhi persamaan W = P ΔV = p(V2 – V1). Dengan demikian,
persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses isobarik dapat
dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W
Q = ΔU + p(V2 – V1) (9-14)
Untuk gas ideal monoatomik, Persamaan (1-14) dapat dituliskan sebagai :
Q = 3/2 nR (T2 —T1) + p (V2 – V1) (1-15)
d. Proses adiabatik
Dalam pembahasan mengenai proses adiabatik, Anda telah mengetahui bahwa
dalam proses ini tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem
sehingga Q = 0. Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses
adiabatik ini dapat dituliskan menjadi
Q = ΔU + W
0 = ΔU + W
atau
W = - ΔU = - (U2 - U1) (1-16)
Berdasarkan Persamaan (1-16) tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa
usaha yang dilakukan oleh sistem akan mengakibatkan terjadinya perubahan
energi dalam sistem di mana energi dalam tersebut dapat bertambah atau
berkurang dari keadaan awalnya.
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk gas ideal monoatomik pada
proses adiabatik ini dituliskan sebagai :
W = - ΔU = - 3/2 nR (T2 —T1) (1-17)
Air Boiler dan Air Pengisi Boiler
a. Pengertian air boiler dan air pengisi boiler Kita memerlukan air yang sangat murni untuk mengisi boiler dan untuk menambah akibat dari kebocoran yang terjadi dalam peredaran lingkar yaitu memanaskan — menguap — mengkondensasi dengan maksud memberi energi. Untuk maksud ini berbagai pesawat terdapat dalam peredaran lingkar yaitu ketel uap — turbin — kondensor dan pesawat bantu lainnya seperti pompa, pemanas muatan, pemanas bahan bakar dan sebagainya. Selama peredaran lingkar terdapat rugi air 2%, rugi ini harus di ganti. Di kapal laut, hal ini di lakukan degan penguapan air laut. Uap di kondensasi lagi dan sebagai air suling di simpan dalam tanki persediaan, dari tanki ini di masukkan kembali dalam peredaran lingkar tetapi masih banyak kapal mengambil persediaan air pengisi boiler dari darat. Jadi pengertian dari air pengisi boiler adalah air yang di sediakan untuk menambah air boiler yang telah hilang dalam peredaran lingkar. Sedangkan air boiler adalah air yang telah ikut atau mengalami peredaran dalam siklus terjadinya uap, hingga di kondensasi, dan jadi uap lagi. b. Syarat air pengisi boiler Pada prinsipnya air pengisi harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : - Sejauh mungkin gas O2 dan CO2 terbatas, yang terlarut dalam air boiler menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi terhadap logam atau pipa besi pada boiler. - Kadar garam dapur (NaCl dan Na2SO4) serendah mungkin sebab garam ini menyebabkan air boiler mendidih. - Jika air pengisi boiler terjadi endapan, maka harus dalam keadaan yang dapat di keluarkan dari boiler. - Air pengisi harus bersifat tidak agresif pada besi, cenderung Ph ke arah basa. c. Penanganan air boiler dan air pengisi boiler 1. Pelunakan thermis pada air pengisi boiler Hal ini dilakukan di luar boiler di dalam apa yang di sebut deaerator, pembuang gas atau pembuang angin. Sebuah alat pemanas muka campur, di mana kondensat di campur dengan uap. Suhu campuran kira-kira 110ºC. Bikarbonat diuraikan sebagai berikut : Ca(HCO3)2 + Q ® CaCO3 ¯ + H2O + CO2 Mg(HCO3)2 + Q ® Mg(OH)2¯ + 2CO2 CaCO3 dan Mg(OH)2 sebagai lumpur halus oleh air di bawa ke dalam boiler. Dengan zat-zat lainnya dalam air boiler di coagulasi menjadi lumpur halus mengambang yang dengan mudah dapat di kuras. 2. Pelunakan kimia pada air boiler Setelah pelunakan thermis, kekerasan sementara hilang, berarti bahwa ion Ca++ dan Mg++ yang terikat pada HCO3– hilang, kini dalam air masih ada Na++, SO4– – dan Cl–. Ca++ dan Mg++ harus terikat sedemikian rupa sehingga zat yang tidak menghasilkan endapan yang membahayakan (batu boiler) dan mudah dapat di kuras. Untuk pelunakan kimia ini dapat di pergunakan Na2Co3 (soda), Na2Co3 dalam keadaan tertentu terurai sebagai berikut : Na2CO3 ® 2Na+ + Co3– – Dalam boiler timbul CO2 yang tidak dikehendaki, sedangkan Ph air naik, karena ion-ion H+ di tarik dari air juga di pertahankan adanya kelebihan PO4– sebanyak 15 s/d 25ppm PO4. Pada kelebihan PO4 tidak ada lagi Ca++ karena diubah menjadi : 2PO4 + 3Ca++ ® Ca3(PO4)2 ¯ Fosfat kalsium tudak larut dan di singkirkan pada aktu pengurasan. Pelunakan air di katakan di bawah kontrol apabila di pertahankan kelebihan PO4 tertentu untuk Ca++ dan Ph tertentu untuk Mg++, juga karena alasan lain bahwa air boiler mempunyai Ph tertentu (korosi). Pelunakan air perlu karena pada kondensor yang agak bocor Ca++ dan Mg++ masuk ke dalam sistem air pendingin. Dengan ini suplai Ca++ dan Mg++ masuk ke dalam sistem. 3. Pengawasan terhadap air boiler dan air pengisi boiler. Pada dasarnya pengawasan yang di lakukan pada air boiler dan air pengisi boiler adalah sama yang meliputi beberapa hal, yaitu : NO PEMERISAAN SATUAN NILAI 1 PH 2 ALKALINITAS-P 3 ALKALINITAS-M 4 ZAT ASAM 5 HIDRASIN 6 FOSFAT 7 KHLORIDA (Cl)
Intensitas Radiasi, Teori Max Planck
Teori Wien cocok dengan spektrum radaisi benda hitam untuk panjang
gelombang yang pendek, dan menyimpang untuk panjang gelombang yang
panjang.Teori Rayleigh-Jeans cocok dengan spektrum radiasi benda hitam
untuk panjang gelombnag yang panjang, dan menyimpang untuk panjang
gelombang yang pendek.Jelas bahwa fisika klasik gagal menjelaskan
tentang radiasi benda hitam.Inilah dilema fisika klasik di mana Max
Planck mencurahkan seluruh perhatiannya.
Teori spektrum radiasi benda hitam Rayleigh dan Jeans yang meramalkan
intensitas yang tinggi pada panjang gelombang rendah (atau dikenal
dengan ramalan bencana ultraungu).Ramalan bencana ultraungu dapat
dipecahkan oleh teori Planck yang menganggap bahwa radiasi
elektromagnetik dapat merambat hanya dalam paket-paket atau kuanta.
Pada tahun 1900 Max Planck mengemukakan teorinya tentang radiasi benda
hitam yang sesuai dengan hasil eksperimen.Planck menganggap bahwa
gelombang elektromagnetik berperilaku sebagai osilator di rongga.Getaran
yang ditimbulkan osilator kemudian diserap dan dipancarkan kembali oleh
atom-atom.Planck sampai pada kesimpulan bahwa energy yang dipancarkan
dan diserap tidaklah kontinu.Tetapi, energi dipancarkan dan diserap
dalam bentuk paket-paket energi diskret yang disebut kuanta.
Dengan hipotesanya, Planck berhasil menemukan suatu persamaan matematika
untuk radiasi benda hitam yang benar-benar sesuai dengan data hasil
eksperimennya.Persamaan Planck tersebut kemudian disebut hukum radiasi
benda hitam Planck.Ia berpendapat bahwa ukuran energi kuantum (foton)
sebanding dengan frekuensi radiasinya. Rumusannya adalah:
Energi minimum (hf) yang diradiasikan osilator disebut dengan kuantum energi.
Persamaan Clausius Clapeyron
Persamaan Clausius Clapeyron merupakan sebuah hubungan yang penting
mengenai hubungan tekanan, suhu, perubahan entalpi, dan volume jenis
yang dihubungkan dengan perubahan fase. Terdapat beberapa sifat
termodinamik yang tidak dapat diukur secara langsung contohnya adalah
perubahan entalpi. Menurut persamaan Clausius, perubahan entalpi dapat
dihitung berdasarkan pada pengukuran tekanan, suhu, dan volume jenis.
Persamaan Clausius Clapeyron secara mudah dapat diturunkan dari
persamaan Maxwell untuk dua fase dalam kesetimbangan. Hubungan persamaan
Maxwell
Zat murni berubah dari keadaan cairan jenuh ke keadaan uap jenuh
berlangsung pada suhu konstan karena kalor yang diserap digunakan untuk
berubah fase, tidak untuk menaikkan suhu. Tekanan dan suhu tidak
bergantung pada volume pada daerah jenuh, maka dapat dituliskan:
Dari hukum pertama untuk zat yang mengalami perubahan fase,
Kalor yang diserap per satuan massa pada tekanan konstan sama dengan,
Dari hubungan-hubungan di atas, didapat suatu persamaan Clausius Clapeyron:
Terdapat beberapa perubahan fase berbeda yang dapat terjadi pada suhu
dan tekanan konstan. Jika dua fase ditandai dengan superskrip ‘ dan ‘’,
kita dapatmenuliskan persamaan Clausius Clapeyron dalam bentuk umum :
Jadi untuk perubahan keadaan zat murni dari keadaan padatan jenuh ke
keadaan cairan jenuh yng berlangsung pada suhu konstan, dapat
dituliskan:
Azas Black
Teori kalorik menyatakan
bahwa setiap benda mengandung sejenis zat alir (kalorik) yang tidak
dapat dilihat oleh mata manusia. Teori ini diperkena lkan oleh Antoine
Lavoiser.
Teori ini juga menyatakan bahwa benda yang suhunya tinggi mengandung lebih banyak kalor dari pada benda
yang suhunya rendah. Ketika kedua benda disentuhkan, benda yang suhunya
tinggi akan kehilangan sebagian kalor yang diberikan kepada benda
bersuhu rendah. Akhirnya para ilmuwan mengetahui bahwa kalor sebenarnya
merupakan ssalah satu bentuk energi.
Karena merupakan energi maka berlaku prinsip kekekalan energi yaitu
bahwa semua bentuk energi adalah ekivalen (setara) dan ketika sej umlah
energi hilang, proses selalu disertai dengan munculnya sejumlah energi
yang sama dalam bentuk lainnya. Kekekalan energi pada pertukaran kalor
pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris Joseph Black dengan
pernyataan : kalor yang dilepaskan oleh air panas (Qlepas) sama dengan
kalor yang diterima air dingin (Q terima). Secara matematis pernyataan
tersebut dapat ditulis dengan :
Q lepas = Q terima
Catatan
yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada
benda yang bersuhu tinggi digunakan dan untuk benda yang bersuhu rendah
digunakan . Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada diatas
bergantung pada soal yang dikerjakan.
Konduksi Termal
Proses transfer energi oleh kalor juga dapat disebut konduksi atau
konduksi termal. Dalam proses ini, transfer dapat diwakili pada skala
atom sebagai pertukaran energi kinetik antara partikel
mikroskopis-molekul, atom, dan elektron bebasdi mana partikel kurang
energik mendapatkan energi dalam tumbukan dengan partikel yang lebih
energik. Misalnya, jika Anda memegang salah satu ujung batang logam
panjang dan masukkan ujung lainnya ke api, Anda akan menemukan bahwa
suhu logam di tangan Anda segera meningkat. Energi yang mencapai tangan
Anda dengan cara konduksi. Awalnya, sebelum batang dimasukkan ke api,
partikel mikroskopis dalam logam bergetar di sekitar posisi
keseimbangannya. Ketika api meningkatkan suhu batang, partikel dekat api
mulai bergetar dengan amplitudo yang lebih besar dan terusmembesar.
Partikel-partikel ini, pada gilirannya, bertabrakan dengan tetangganya
dan mentransfer sebagian energinya dalam tumbukan. Perlahan-lahan,
amplitudo getaran atom-atom logam dan elektron-elektron jauh dan jauh
dari peningkatan api sampai akhirnya atom dan elektron berada pada logam
di dekat tangan Anda yang terpengaruh. Peningkatan Getaran ini
terdeteksi oleh peningkatan suhu logam dan tangan Anda berpotensi
terbakar.
Tingkat konduksi termal tergantung pada sifat bahan yang dipanaskan.
Sebagai contoh, adalah mungkin untuk memegang sepotong asbes dalam nyala
api tanpa batas, yang menyiratkan bahwa sangat sedikit energi
yangdikonduksikan melalui asbes. Secara umum, logam merupakan konduktor
termal yang baik dan bahan-bahan seperti asbes, gabus, kertas, dan
fiberglass adalah konduktor yang buruk. Gas juga adalah konduktor yang
buruk karena jarak pemisah antara partikel begitu besar. Logam merupakan
konduktor termal yang baik karena mengandung sejumlah besar elektron
yang relatif bebas bergerak melalui logam sehingga dapat mengangkut
energi dalam jarak yang panjang. Oleh karena itu, dalam konduktor yang
baik seperti tembaga, konduksi terjadi melalui kedua getaran atom dan
gerakan elektron bebas.
Konduksi hanya terjadi jika ada perbedaan suhu antara dua bagian dari
media konduksi. Pertimbangkan lempengan bahan dengan ketebalan ∆x dan
luas penampangmelintang A. Satu sisi slab adalah pada suhu Tc, dan sisi
lain berada pada temperatur Th > Tc (Gambar 20.11). Secara
eksperimen, ditemukan bahwa energi Q mentransfer dalam interval waktu ∆t
dari bagianyang panas ke bagian yang dingin. Tingkat P = Q/∆t di mana
transfer energi terjadi ditemukan sebanding dengan luas permukaan dan
perbedaan suhu ∆T = Th - Tc dan berbanding terbalik dengan ketebalannya:
P = Q/∆t ∞ A (∆T/∆t)
Perhatikan bahwa P memiliki satuan watt ketika Q dalam joule dan ∆t
dalam detik. Itu tidak mengherankan karena P adalah Daya, laju
perpindahan energi Kalor. Untuk lempengan sangat kecil ketebalan dx dan
perbedaan temperatur dT, kita dapat menulis hukum konduksi termal:
(20.15)
dimana k konstanta proporsionalitas adalah konduktivitas termal dari
material dan | dT/dx | adalah gradien suhu (tingkat di mana suhu
berubahterhadap posisi).
Zat-zat yang merupakan konduktor termal yang baik memiliki nilai
konduktivitas termal besar, sedangkan isolator termal yang baik memiliki
nilai konduktivitas termal yang rendah. Tabel 20.3 daftar konduktivitas
termal untuk berbagai zat. Perhatikan bahwa logam umumnya merupakan
konduktor termal lebih baik daripada non logam.
Misalkan, batang seragam panjang dengan panjang L secara termal
terisolasi sehingga energi tidak bisa lepas oleh panas dari permukaan
kecuali pada ujung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 20.12. Salah
satu ujung berada dalam kontak termal dengan cadangan energi pada suhu
Tc, dan ujung lainnya berada dalam kontak termal dengan reservoir pada
suhu Th < Tc. Ketika keadaan stabil telah tercapai, suhu di setiap
titik di sepanjang batang adalah konstan terhadap waktu. Dalam hal ini,
jika kita asumsikan k bukan merupakan fungsi dari suhu, gradien suhu
adalah sama di mana pun di sepanjang batang dan:
Oleh karena itu, laju perpindahan energi dengan konduksi melalui batang
adalah:
(20.16)
Untuk slab senyawa yang mengandung beberapa bahan dari ketebalan L1,
L2,. . . dan konduktivitas termal k1, k2,. . . , Laju perpindahan energi
melalui slab di posisi mantap adalah:
(20.17)
di mana Th dan Tc adalah suhu permukaan luar (yang tetap konstan) dan
penjumlahan merupakan seluruh lembaran. Contoh 20.8 menunjukkan
bagaimana Persamaan 20.17 hasil dari pertimbangan dua ketebalan bahan
(Serway, 583-585 : 2010)
Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor
gas adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu gas
sebesar 1°C, untuk volume tetap disebut CV dan untuk tekanan tetap
disebut Cp.
Secara matematis, kapasitas kalor (C) dinyatakan dengan persamaan :
C = Q/ΔT (1–18)
Pada gas, perubahan suhu dapat dilakukan dengan proses isobarik atau proses isokhorik. Dengan demikian, kapasitas kalor gas dapat dibedakan menjadi dua, yakni kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp) dan kapasitas kalor pada volume tetap (V). Perumusan kedua pada kapasitas kalor tersebut secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Cp = QP/ΔT dan CV = QV/ΔT (1–19)
Jika besaran QP dan QV dimasukkan ke dalam persamaan Hukum Pertama Termodinamika, akan didapatkan persamaan berikut.
a. Pada proses isokhorik
QV = ΔU + W (1–20)
Oleh karena dalam proses ini volume sistem tetap (ΔU = 0) maka usaha sistem W = 0 sehingga didapatkan persamaan :
QV = ΔU (1–21)
b. Pada proses isobarik
QP = ΔU + W
Oleh karena dalam proses ini tekanan sistem tetap ( Δp + 0), usaha sistem W = p ΔV. Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika dapat dituliskan
QP = ΔU + p ΔV (1–22)
Dengan melakukan substitusi Persamaan (1–21) ke Persamaan (1–22) dapat dituliskan persamaan
Qp = ΔU + p ΔV atau Qp – QV = p ΔV (1–23)
Selanjutnya, jika Persamaan (9–19) disubstitusikan Persamaan (1–23) akan diperoleh persamaan
(Cp ΔT) – (CV ΔT) = p ΔV
(Cp CV)ΔT = p ΔV
Berdasarkan persamaan keadaan gas ideal pV = nRT, Persamaan (1–24) dapat dituliskan menjadi
Cp – CV = nR (1–25)
Untuk gas monoatomik, energi dalam gas dinyatakan dengan persamaan :
ΔU = 3/2 nRΔT
Dengan demikian, kapasitas kalor pada proses isokhorik (QV = ΔU) dapat dituliskan sebagai :
4 HUKUM DASAR TERMODINAMIKA
Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika,
yaitu:
• Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan
sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan
lainnya.
• Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan
perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama
dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan
kerja yang dilakukan terhadap sistem.
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum
universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan
panas sebagai suatu bentuk perpindahan energi. Pernyataan paling umum
dari hukum pertama termodinamika ini berbunyi:
Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding
dengan jumlah energi panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi
dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya , yang
dikatakan oleh James Presscottyang melalui eksperimen-eksperimennya
berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat dikonversikan.
Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudofl Clausiuss pada1850:
"Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang disebut 'energi', yang
diferensialnya sama dengan jumlah kerja yang dipertukarkan dengan
lingkungannya pada suatu proses adiabatik."
• Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan
bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung
untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai
maksimumnya.
Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika kedua menyebutkan bahwa
adalah tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja
dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh
dari suatu reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha
mekanik. Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor
memiliki arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam semesta
adalah reversible (dapat dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika seekor
beruang kutup tertidur di atas salju, maka salju dibawah tubuh nya akan
mencair karena kalor dari tubuhberuang tersebut. Akan tetapi beruang
tersebut tidak dapat mengambil kalor dari salju tersebut untuk
menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energi kalor memiliki
arah, yaitu dari panas ke dingin. Satu aplikasi penting dari hukum kedua
adalah studi tentang messin kalor.
• Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum
ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol
absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati
nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur
kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa perubahan entropi DSt yang
berkaitan dengan perubahan kimia atau perubahan fisika bahan murni pada
T=0.
Transisi yakni perubahan fisika, dalam zat (misalnya belerang) dari
struktur A (rombik) ke B (monoklinik) pada suhu normal disertai dengan
perubahan entropi; ini diilustrasikan secara skematik di ilustrasi T8.
Dapat ditunjukkan secara eksperimen, bahwa bila suhunya mendekati 0 K,
perubahan entropi transisi DSt menurun. Karena 0 K tidak dapat dicapai
secara eksperimen, hal ini diungkapkan secara matematik
Lim DSt = 0, T=0
Secara intuitif hukum ketiga dapat dipahami dari fakta bahwa pergerakan
ionik atau molekular maupun atomik yang menentukan derajat
ketidakteraturan dan dengan demikian juga besarnya entropi, sama sekali
berhenti pada 0 K. Dengan mengingat hal ini, tidak akan ada perubahan
derajat ketidakteraturan dalam perubahan fisika atau kimia dan oleh
karena itu tidak akan ada perubahan entropi.
Anomali Air
Pengertian Anomali Air | Apa itu anomali air? Anomali air
adalahpengecualian (anomali) yang dialami air saat didinginkan atau
dipanaskan. Pada saat dipanaskan dari 0°C sampai 4°C, air mengalami
pengerutan (pengecilan volume) sehingga massa jenisnya meningkat.
Keadaan ini berbeda dengan zat cair pada umumnya. Pada saat suhunya
berada antara 4°C sampai 100°C, air menampilkan perilaku yang sama
dengan zat cair lainnya, yaitu memuai atau terjadi penurunan massa
jenis. Selain air, parafin dan bismuth juga menampilkan keadaan yang
sama dengan yang ditunjukkan air. Perubahan volume dan massa jenis air
saat dipanaskan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Sekian uraian tentang Pengertian Anomali Air, semoga bermanfaat.
Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat pada dasarnya ke segala arah. Namun, disini Anda hanya
akan mempelajari pemuaian panjang, luas, dan volume. Besar pemuaian
yang dialami suatu benda tergantung pada tiga hal, yaitu ukuran awal benda,
karakteristik bahan, dan besar perubahan suhu benda.
Setiap zat padat mempunyai besaran yang disebut koefisien muai panjang.
Koefisien muai panjang suatu zat adalah angka yang menunjukkan
pertambahan panjang zat apabila suhunya dinaikkan 1° C. Makin besar
koefisien muai panjang suatu zat apabila dipanaskan, maka makin besar
pertambahan panjangnya. Demikian pula sebaliknya, makin kecil koefisien
muai panjang zat apabila dipanaskan, maka makin kecil pula pertambahan
panjangnya. Koefisien muai panjang beberapa zat dapat dilihat pada Tabel
6.1. berikut. Sedangkan koefisien muai luas dan volume zat padat, masingmasing
adalah B = 2 (x dan y = 3 )
a. Pemuaian Panjang
Pada zat padat yang berukuran panjang dengan luas penampang kecil,
seperti pada kabel dan rel kereta api, Anda bisa mengabaikan pemuaian
pada luas penampangnya. Pemuaian yang Anda perhatikan hanya pemuaian
pada pertambahan panjangnya. Pertambahan panjang pada zat padat yang
dipanaskan relatif kecil sehingga butuh ketelitian untuk mengetahuinya.
Jika sebuah batang mempunyai panjang mula-mula l1, koefisien muai
panjang ( ), suhu mula-mula T1, lalu dipanaskan sehingga panjangnya
menjadi l2 dan suhunya menjadi T2, maka akan berlaku persamaan, sebagai
berikut.
b. Pemuaian Luas
Untuk benda-benda yang berbentuk lempengan plat (dua dimensi), akan
terjadi pemuaian dalam arah panjang dan lebar. Hal ini berarti lempengan
tersebut mengalami pertambahan luas atau pemuaian luas. Serupa dengan
pertambahan panjang pada kawat, pertambahan luas pada benda dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat pada dasarnya ke segala arah. Namun, disini Anda hanya
akan mempelajari pemuaian panjang, luas, dan volume. Besar pemuaian
yang dialami suatu benda tergantung pada tiga hal, yaitu ukuran awal benda,
karakteristik bahan, dan besar perubahan suhu benda.
Setiap zat padat mempunyai besaran yang disebut koefisien muai panjang.
Koefisien muai panjang suatu zat adalah angka yang menunjukkan
pertambahan panjang zat apabila suhunya dinaikkan 1° C. Makin besar
koefisien muai panjang suatu zat apabila dipanaskan, maka makin besar
pertambahan panjangnya. Demikian pula sebaliknya, makin kecil koefisien
muai panjang zat apabila dipanaskan, maka makin kecil pula pertambahan
panjangnya. Koefisien muai panjang beberapa zat dapat dilihat pada Tabel
6.1. berikut. Sedangkan koefisien muai luas dan volume zat padat, masingmasing
adalah B = 2 (x dan y = 3 )
a. Pemuaian Panjang
Pada zat padat yang berukuran panjang dengan luas penampang kecil,
seperti pada kabel dan rel kereta api, Anda bisa mengabaikan pemuaian
pada luas penampangnya. Pemuaian yang Anda perhatikan hanya pemuaian
pada pertambahan panjangnya. Pertambahan panjang pada zat padat yang
dipanaskan relatif kecil sehingga butuh ketelitian untuk mengetahuinya.
Jika sebuah batang mempunyai panjang mula-mula l1, koefisien muai
panjang ( ), suhu mula-mula T1, lalu dipanaskan sehingga panjangnya
menjadi l2 dan suhunya menjadi T2, maka akan berlaku persamaan, sebagai
berikut.
b. Pemuaian Luas
Untuk benda-benda yang berbentuk lempengan plat (dua dimensi), akan
terjadi pemuaian dalam arah panjang dan lebar. Hal ini berarti lempengan
tersebut mengalami pertambahan luas atau pemuaian luas. Serupa dengan
pertambahan panjang pada kawat, pertambahan luas pada benda dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Wujud Zat
Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh
berbagai fase materi berlainan. Secara historis, pembedaan ini dibuat
berdasarkan perbedaan kualitatif dalam sifat bulk Dalam keadaan padatan
zat mempertahankan bentuk dan volume; dalam keadaan cairan zat mempertahankan
volume tetapi menyesuaikan dengan bentuk wadah tersebut; dan sedangkan gas
mengembang untuk menempati volume apa pun yang tersedia.
Perbedaan antara wujud zat saat
ini didasarkan kepada perbedaan dalam hubungan antarmolekul. Dalam keadaan padatan gaya-gaya intermolekul
menjaga molekul-molekul berada dalam hubungan spasial tetap. Dalam cairan,
gaya-gaya antarmolekul menjaga molekul tetap berada berdekatan, namun tidak ada
hubungan spasial yang tetap. Dalam keadaan gasmolekul lebih terpisah dan gaya
tarik antarmolekul relatif tidak memengaruhi gerakannya. Plasma adalah gas yang
sangat terionisasi, yang terjadi pada suhu tinggi. Gaya-gaya antarmolekul yang
diciptakan oleh gaya tarik dan tolak ion-ion memberikan keadaan ini sifat-sifat
berbeda, sehingga plasma dideskripsikan sebagai wujud zat keempat. Bentuk zat
yang tidak terdiri dari molekul dan diatur oleh gaya-gaya lain juga dapat
dianggap sebagai wujud zat berbeda. Kondensat Fermion dan plasma kuark-gluon
adalah contohnya.
Meskipun padatan, cairan, dan gas adalah wujud zat yang paling umum di
Bumi, kebanyakan materi baryon di alam semesta berada dalam wujud plasma panas,
baik sebagai medium jarang antarbintang maupun sebagai bintang rapat.
Wujud zat juga dapat didefinisikan menggunakan konsep transisi fase.
Sebuah transisi fase menandakan perubahan struktur dan dapat dikenali dari
perubahan drastis dari sifat-sifatnya. Menggunakan definisi ini, wujud zat yang
berbeda adalah tiap keadaan termodinamika yang dibedakan dari keadaan lain dengan
sebuah transisi fasa. Air dapat dikatakan memiliki beberapa wujud padat yang
berbeda.Munculnya sifat superkonduktivitas dihubungkan dengan suatu transisi
fase, sehingga ada keadaan superkonduktif. Begitu pula, keadaan kristal cair
dan feromagnetik ditandai oleh transisi fase dan memiliki sifat-sifat
berlainan.
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Pengertian kalor sebagai
bentuk energi baru berkembang pada awal abad ke-19. Sebelumnya kalor dianggap
sebagai suatu zat yang dapat mengalir dari satu benda ke benda lainnya. Jika
kalor dianggap sebagai suatu zat, maka haruslah kalor tersebut memiliki massa,
tetapi pada kenyataannya, kalor tidak memiliki massa, sehingga pernyataan yang
menganggap kalor sebagai salah satu bentuk energi, semakin kuat.
Pengertian kalor berbeda dengan pengertian suhu. Suhu adalah derajat
panas atau dinginnya suatu benda, sedangkan kalor adalah energi yang
dipindahkandari suatu benda ke benda lainnya kerena perbedaan suhu/temperatur.
Kalor memiliki dua macam satuan, yaitu joule dan kalori. Mengenai konversi
kedua besaran tersebut, adalah seperti berikutJika sebuah benda dipanaskan,
makasuhu/temperatur benda akan naik, sebaliknya jika benda didinginkan,maka
suhu/temperaturnya akan turun.
GAS IDEAL
A. Gas Ideal
Sifat – sifat gas ideal adalah :
1. Gas terdiri dari partikel yang
sangat banyak jumlahnya.
2. Partikel gas selalu bergerak
dengan arah sembarang dan kecepatan yang bervariasi.
3. Partikel-partikel gas tersebar
di semua bagian ruang.
4. Tidak ada gaya antara partikel
yang satu dengan lainnya.
5. Tumbukan yang terjadi antara
partikel merupakan tumbukan lenting sempurna.
6. Jarak antara partikel jauh
lebih besar daripada ukuran partikel.
7. Dinding tempat gas sangat
licin.
8. Berlaku hukum Newton tentang
gerak meskipun partikel bergerak acak dengan kecepatan tetap.
B. Mol dan Massa Molekul
Satu mol zat adalah banyaknya zat
yang mengandung Na molekul.
Massa molekul atau atom adalah
massa dalam kilogram dari satu kilomol zat.
Massa sebuah atom atau molekul
(mo) = M/NA
M = n x M
Ket :
M = massa satu kilomol zat
n = jumlah molekul
m = massa total
C. Persamaan Gas Ideal
PV = nRT
PV= m/M RT
HUKUM GAS IDEAL (dalam jumlah mol)
PV = nRT
Persamaan ini dikenal dengan
julukan hukum gas ideal alias persamaan keadaan gas ideal.
Keterangan :
P = tekanan gas (N/m2)
V = volume gas (m3)
n = jumlah mol (mol)
R = konstanta gas universal (R =
8,315 J/mol.K)
T = suhu mutlak gas (K)
CATATAN :
Pertama, dalam penyelesaian soal, dirimu akan menemukan istilah
STP. STP tuh singkatan dari Standard
Temperature and Pressure. Bahasanya
orang bule… Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa orang Indonesia, STP artinya Temperatur dan Tekanan Standar.
Temperatur = suhu.
Temperatur standar (T) = 0 oC = 273 K
Tekanan standar (P) = 1 atm = 1,013
x 105 N/m2 = 1,013 x 102 kPa = 101 kPa
Kedua, dalam menyelesaikan soal-soal hukum gas, suhu alias
temperatur harus dinyatakan dalam skala Kelvin
(K)
Ketiga, apabila tekanan gas masih berupa tekanan ukur, ubah terlebih dahulu
menjadi tekanan absolut. Tekanan absolut = tekanan atmosfir + tekanan ukur
(tekanan atmosfir = tekanan udara luar)
Keempat, jika yang diketahui adalah tekanan atmosfir (tidak ada
tekanan ukur), langsung oprek saja tuh soal.
Kalorimetri
Kalorimeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat
dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Proses dalam kalorimeter
berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang lepas atau
masuk dari luar kedalam kalorimeter. Suatu kalor reaksi dapat ditentukan
melalui percobaan dengan kalorimeter.
Kalorimetri
adalah proses pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau
dilepaskan pada suatu reaksi kimia dalam suatu eksperimen. Data ΔH
reaksi yang terdapat pada tabel-tabel umumnya ditentukan secara
kalorimetri. Hukum Hess menyebutkan bahwa kalor reaksi suatu reaksi
kimia dapat ditentukan berdasarkan dara perubahan entalpi pembentukan
standar, energi ikatan dan secara eksperimen. Dengan menggunakan
kalorimetri kita dapat mengetahui apa jenis dari suatu reaksi. Apakah
reaksi itu merupakan suatu reaksi Eksoterm ataukah reaksi Endoterm.
Kalorimetri yang sederhana ialah poses mengukur perubahan suhu dari
sejumlah air atau larutan sebagai akibat dari suatu reaksi kimia dalam
suatu wadah terisolasi.
Kalor
Reaksi dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c)
dan perubahan suhu (ΔH), yang dinyatakan dengan persamaan berikut:
Q = m.c.ΔH
Tetapan
Kalorimetri adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu
kalorimeter sebesar 1oC pada air dengan massa 1 gram. Dalam proses ini
berlaku Azaz Black, yaitu: Hukum Azaz Black
Q lepas = Q terima
Q air panas = Q air dingin + Q Kalorimeter
m1C(Tp-Tc) = m2C (Tc-Td)+C(Tc-Td)
keterangan:
m1 : massa air panas
m2 : massa air dingi
c :kalor jenis air
C :kapasitas kalorimeter
Tp :Suhu air panas
Tc :Suhu air campuran
Td : Suhu air dingin
Kalorimetri Volume Konstan
Kalor pembakaran biasanya diukur dengan menempatkan senyawa yang massanya diketahui dalam wadah baja yang disebut kalori meter bom volume-konstan, yang
diisi dengan oksigen pada tekanan 30 atm. Bom tertutup dicelupkan
kedalam air, sampel dihubungkan ke listrik, dan kalor yang dihasilkan
oleh
reaksi pembakaran dapat dihitung secara tepat dengan mencatat kenaikan
suhu air. Kalor yang dilepas oleh sampel di serap oleh air dan bom.
Kalorimeter yang dirancang secara khusus itu memungkinkan kita untuk
mengasumsikan bahwa tidak ada kalor (atau massa) yang hilang ke
lingkungan selama waktu pengkuran. Dengan demikian kita dapat mengetahui
kalor pembakaran pada bom tersebut. Jadi kita dapat menyebut bom itu
dan air tempat pencelupannya sebagai sistem terisolasi. Karena tidak ada
kalor yang masuk atau meninggalkan sistem selama proses berlangsung,
perubahan kalor sistem (qsistem) harus nol dan kita dapat menulis
qsistem = qkal + qreaksi
= 0
dimana qkal dan qreaksi berturut adalah perubahan kalor untuk kalorimeter dan reaksi.
Jadi, qreaksi = -qka