Jumat, 01 Mei 2015
Tekanan Mutlak
Kebanyakan alat pengukur tekanan menggunakan
atmosfer standar sebagai tekanan acuan. Alat pengukur tekanan digunakan untuk
mengukur tekanan tolok yaitu perbedaan antara tekanan yang sesungguhnya dengan
tekanan atmosfer. Tekanan sesungguhnya disuatu titik didalam zat alir yang
diukur relatif terhadap tekanan nol mutlak disebut tekanan mutlak.
Tekanan atmosfer berbeda-beda di setiap
tempat tergantung ketinggian dan suhunya. Semakin rendah letak suatu titik,
tekanan atmosfer akan semakin berkurang. Atmosfer stanndar pada permukaan air
laut didefinisikan sebagai tekanan yang dihasilkan oleh kolom air raksa tinggi
760 mm pada 273,15 K (0) dibawah gravitasi standar, maka satu atmosfer ekivalen dengan :
1
atm = 1,013 x 105 N/m2(Pa)
= 2116
lb/ft
= 14,696 lb/in2 (psi)
= 1,01325 bar
Tekanan tolok diberikan baik diatas maupun
dibawah tekanan atmosfer. Apabila tekanan tolok sistem (Pg) diatas
tekanan atmosfer (Pa), tekanan mutlak (Pabs) :
Pabs = Pg + Patm
Apabila tekanan tolok dibawah tekanan
atmosfer :
Pabs = Patm-Pg
Tekanan tolok negatif seringkali disebut tekanan hampa
terjadi apabila tekanan atmosfer lebih besar dari tekanan mutlak seperti gambar
dibawah ini memberikan gambara secara grafis hubungan antara berbagai jenias
tekanan yang digunakan dalam pengukuran. Sedangkan faktor konversi antara
satuan-satuan tekanan yang umum.
Sistem dan Persamaan Keadaan
Persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan
keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan adalah
sebuah persamaan
konstitutif yang
menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi
dalam. Persamaan
keadaan berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida, campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam bintang.
Penggunaan paling umum dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam
memprediksi keadaan gas dan cairan. Salah satu persamaan keadaan paling
sederhana dalam penggunaan ini adalah hukum
gas ideal, yang
cukup akurat dalam memprediksi keadaan gas pada tekanan rendah dan temperatur
tinggi. Tetapi persamaan ini menjadi semakin tidak akurat pada tekanan yang
makin tinggi dan temperatur yang makin rendah, dan gagal dalam memprediksi
kondensasi dari gas menjadi cairan. Namun demikian, sejumlah persamaan keadaan
yang lebih akurat telah dikembangkan untuk berbagai macam gas dan cairan. Saat
ini, tidak ada persamaan keadaan tunggal yang dapat dengan akurat memperkirakan
sifat-sifat semua zat pada semua kondisi.
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang
ditentukan, ini disebut dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem). Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak
sifat dari sistem dispesifikasikan. Properti yang tidak tergantung dengan jalur
di mana sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari
sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti,
yang merupakan fungsi keadaan. Jumlah
properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan dari
sistem tertentu ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan
properti sistem yang lebih besar, dari jumlah minimal tersebut. Pengembangan hubungan antara properti dari
keadaan yang berlainan dimungkinkan. Persamaan keadaan adalah contoh dari
hubungan tersebut.
Di dalam fisika dan termodinamika,
persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan keadaan
materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan
hubungan matematik antara dua atau lebih fungsi
keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi dalam.
Persamaan keadaan berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida, campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam bintang.
Ø
Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan seimbang mekanis,
apabila resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol
Ø
Keadaan seimbang kimiawi : Sistem berada dalam keadaan seimbang kimiawi,
apabila didalamnya tidak terjadi perpindahan zat dari bagian yang satu ke
bagian yang lain (difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang dapat
mengubah jumlah partikel semulanya ; tidak terjadi pelarutan atau kondensasi. Sistem itu tetap komposisi maupun
konsentrasnya.
Ø
Keadaan seimbang termal : sistem berada dalam keadaan seimabng termal
dengna lingkungannya, apbiala koordinat-kooridnatnya tidak berubah, meskipun
sistem berkontak dengan ingkungannnya melalui dinding diatermik. Besar/nilai
koordinat sisterm tidak berubah dengan perubahan waktu.
Ø
Keadaan keseimbang termodinamika : sistem berada dalam keadaan seimbang
termodinamika, apabila ketiga syarat keseimbangan diatas terpenuhi. Dalam
keadan demikian keadaan keadaan koordinat sistem maupun lingkungan cenderung
tidak berubah sepanjang massa. Termodinamika hanya mempelajari sistem-sistem
dalam keadaan demikian.
Kamis, 30 April 2015
Perubahan Energi Dalam
Perubahan energi dalam ΔU tidak bergantung pada proses bagaimana keadaan
sistem berubah, tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir sistem tersebut.
Anda telah mengetahui bahwa proses-proses dalam termodinamika terbagi
atas empat jenis, yaitu isotermal, isokhorik, isobarik, dan adiabatik.
Perubahan energi dalam terjadi pada setiap proses tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
a. Proses Isotermal
Anda telah memahami bahwa proses isotermal merupakan suatu proses yang
terjadi dalam sistem pada suhu tetap. Besar usaha yang dilakukan sistem
proses isotermal ini adalah W = nRT In (V2/V1). Oleh karena ΔT = 0,
menurut Teori Kinetik Gas, energi dalam sistem juga tidak berubah (ΔU =
0) karena perubahan energi dalam bergantung pada perubahan suhu.
Ingatlah kembali persamaan energi dalam gas monoatomik yang dinyatakan
dalam persamaan ΔU = 3/2 nRΔTyang telah dibahas pada Bab 8.
Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses
isotermal ini dapat dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W = 0 + W
Q = W = nR T ln (V2/V1) (1 -10)
b. Proses Isokhorik
Dalam proses isokhorik perubahan yang dialami oleh sistem berada dalam
keadaan volume tetap. Anda telah memahami bahwa besar usaha pada proses
isokhorik dituliskan W = pΔV = 0. Dengan demikian, persamaan Hukum
Pertama Termodinamika untuk proses ini dituliskan sebagai
Q = ΔU + W = ΔU + 0
Q = ΔU = U2 - U1 (1-11)
Dari Persamaan (1-11) Anda dapat menyatakan bahwa kalor yang diberikan
pada sistem hanya digunakan untuk mengubah energi dalam sistem tersebut.
Jika persamaan energi dalam untuk gas ideal monoatomik disubstitusikan
ke dalam Persamaan (1-11), didapatkan perumusan Hukum
Pertama Termodinamika pada proses isokhorik sebagai berikut.
Q = ΔU = 3/2 nR ΔT (1-12)
atau
Q = U2 - U1 = 3/2 nR (T2 —T1) (1-13)
c. Proses Isobarik
Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi pada gas
berada dalam keadaan tekanan tetap. Usaha yang dilakukan gas dalam
proses ini memenuhi persamaan W = P ΔV = p(V2 – V1). Dengan demikian,
persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses isobarik dapat
dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W
Q = ΔU + p(V2 – V1) (9-14)
Untuk gas ideal monoatomik, Persamaan (1-14) dapat dituliskan sebagai :
Q = 3/2 nR (T2 —T1) + p (V2 – V1) (1-15)
d. Proses adiabatik
Dalam pembahasan mengenai proses adiabatik, Anda telah mengetahui bahwa
dalam proses ini tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem
sehingga Q = 0. Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses
adiabatik ini dapat dituliskan menjadi
Q = ΔU + W
0 = ΔU + W
atau
W = - ΔU = - (U2 - U1) (1-16)
Berdasarkan Persamaan (1-16) tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa
usaha yang dilakukan oleh sistem akan mengakibatkan terjadinya perubahan
energi dalam sistem di mana energi dalam tersebut dapat bertambah atau
berkurang dari keadaan awalnya.
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk gas ideal monoatomik pada
proses adiabatik ini dituliskan sebagai :
W = - ΔU = - 3/2 nR (T2 —T1) (1-17)
Air Boiler dan Air Pengisi Boiler
a. Pengertian air boiler dan air pengisi boiler Kita memerlukan air yang sangat murni untuk mengisi boiler dan untuk menambah akibat dari kebocoran yang terjadi dalam peredaran lingkar yaitu memanaskan — menguap — mengkondensasi dengan maksud memberi energi. Untuk maksud ini berbagai pesawat terdapat dalam peredaran lingkar yaitu ketel uap — turbin — kondensor dan pesawat bantu lainnya seperti pompa, pemanas muatan, pemanas bahan bakar dan sebagainya. Selama peredaran lingkar terdapat rugi air 2%, rugi ini harus di ganti. Di kapal laut, hal ini di lakukan degan penguapan air laut. Uap di kondensasi lagi dan sebagai air suling di simpan dalam tanki persediaan, dari tanki ini di masukkan kembali dalam peredaran lingkar tetapi masih banyak kapal mengambil persediaan air pengisi boiler dari darat. Jadi pengertian dari air pengisi boiler adalah air yang di sediakan untuk menambah air boiler yang telah hilang dalam peredaran lingkar. Sedangkan air boiler adalah air yang telah ikut atau mengalami peredaran dalam siklus terjadinya uap, hingga di kondensasi, dan jadi uap lagi. b. Syarat air pengisi boiler Pada prinsipnya air pengisi harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : - Sejauh mungkin gas O2 dan CO2 terbatas, yang terlarut dalam air boiler menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi terhadap logam atau pipa besi pada boiler. - Kadar garam dapur (NaCl dan Na2SO4) serendah mungkin sebab garam ini menyebabkan air boiler mendidih. - Jika air pengisi boiler terjadi endapan, maka harus dalam keadaan yang dapat di keluarkan dari boiler. - Air pengisi harus bersifat tidak agresif pada besi, cenderung Ph ke arah basa. c. Penanganan air boiler dan air pengisi boiler 1. Pelunakan thermis pada air pengisi boiler Hal ini dilakukan di luar boiler di dalam apa yang di sebut deaerator, pembuang gas atau pembuang angin. Sebuah alat pemanas muka campur, di mana kondensat di campur dengan uap. Suhu campuran kira-kira 110ºC. Bikarbonat diuraikan sebagai berikut : Ca(HCO3)2 + Q ® CaCO3 ¯ + H2O + CO2 Mg(HCO3)2 + Q ® Mg(OH)2¯ + 2CO2 CaCO3 dan Mg(OH)2 sebagai lumpur halus oleh air di bawa ke dalam boiler. Dengan zat-zat lainnya dalam air boiler di coagulasi menjadi lumpur halus mengambang yang dengan mudah dapat di kuras. 2. Pelunakan kimia pada air boiler Setelah pelunakan thermis, kekerasan sementara hilang, berarti bahwa ion Ca++ dan Mg++ yang terikat pada HCO3– hilang, kini dalam air masih ada Na++, SO4– – dan Cl–. Ca++ dan Mg++ harus terikat sedemikian rupa sehingga zat yang tidak menghasilkan endapan yang membahayakan (batu boiler) dan mudah dapat di kuras. Untuk pelunakan kimia ini dapat di pergunakan Na2Co3 (soda), Na2Co3 dalam keadaan tertentu terurai sebagai berikut : Na2CO3 ® 2Na+ + Co3– – Dalam boiler timbul CO2 yang tidak dikehendaki, sedangkan Ph air naik, karena ion-ion H+ di tarik dari air juga di pertahankan adanya kelebihan PO4– sebanyak 15 s/d 25ppm PO4. Pada kelebihan PO4 tidak ada lagi Ca++ karena diubah menjadi : 2PO4 + 3Ca++ ® Ca3(PO4)2 ¯ Fosfat kalsium tudak larut dan di singkirkan pada aktu pengurasan. Pelunakan air di katakan di bawah kontrol apabila di pertahankan kelebihan PO4 tertentu untuk Ca++ dan Ph tertentu untuk Mg++, juga karena alasan lain bahwa air boiler mempunyai Ph tertentu (korosi). Pelunakan air perlu karena pada kondensor yang agak bocor Ca++ dan Mg++ masuk ke dalam sistem air pendingin. Dengan ini suplai Ca++ dan Mg++ masuk ke dalam sistem. 3. Pengawasan terhadap air boiler dan air pengisi boiler. Pada dasarnya pengawasan yang di lakukan pada air boiler dan air pengisi boiler adalah sama yang meliputi beberapa hal, yaitu : NO PEMERISAAN SATUAN NILAI 1 PH 2 ALKALINITAS-P 3 ALKALINITAS-M 4 ZAT ASAM 5 HIDRASIN 6 FOSFAT 7 KHLORIDA (Cl)
Intensitas Radiasi, Teori Max Planck
Teori Wien cocok dengan spektrum radaisi benda hitam untuk panjang
gelombang yang pendek, dan menyimpang untuk panjang gelombang yang
panjang.Teori Rayleigh-Jeans cocok dengan spektrum radiasi benda hitam
untuk panjang gelombnag yang panjang, dan menyimpang untuk panjang
gelombang yang pendek.Jelas bahwa fisika klasik gagal menjelaskan
tentang radiasi benda hitam.Inilah dilema fisika klasik di mana Max
Planck mencurahkan seluruh perhatiannya.
Teori spektrum radiasi benda hitam Rayleigh dan Jeans yang meramalkan
intensitas yang tinggi pada panjang gelombang rendah (atau dikenal
dengan ramalan bencana ultraungu).Ramalan bencana ultraungu dapat
dipecahkan oleh teori Planck yang menganggap bahwa radiasi
elektromagnetik dapat merambat hanya dalam paket-paket atau kuanta.
Pada tahun 1900 Max Planck mengemukakan teorinya tentang radiasi benda
hitam yang sesuai dengan hasil eksperimen.Planck menganggap bahwa
gelombang elektromagnetik berperilaku sebagai osilator di rongga.Getaran
yang ditimbulkan osilator kemudian diserap dan dipancarkan kembali oleh
atom-atom.Planck sampai pada kesimpulan bahwa energy yang dipancarkan
dan diserap tidaklah kontinu.Tetapi, energi dipancarkan dan diserap
dalam bentuk paket-paket energi diskret yang disebut kuanta.
Dengan hipotesanya, Planck berhasil menemukan suatu persamaan matematika
untuk radiasi benda hitam yang benar-benar sesuai dengan data hasil
eksperimennya.Persamaan Planck tersebut kemudian disebut hukum radiasi
benda hitam Planck.Ia berpendapat bahwa ukuran energi kuantum (foton)
sebanding dengan frekuensi radiasinya. Rumusannya adalah:
Energi minimum (hf) yang diradiasikan osilator disebut dengan kuantum energi.
Persamaan Clausius Clapeyron
Persamaan Clausius Clapeyron merupakan sebuah hubungan yang penting
mengenai hubungan tekanan, suhu, perubahan entalpi, dan volume jenis
yang dihubungkan dengan perubahan fase. Terdapat beberapa sifat
termodinamik yang tidak dapat diukur secara langsung contohnya adalah
perubahan entalpi. Menurut persamaan Clausius, perubahan entalpi dapat
dihitung berdasarkan pada pengukuran tekanan, suhu, dan volume jenis.
Persamaan Clausius Clapeyron secara mudah dapat diturunkan dari
persamaan Maxwell untuk dua fase dalam kesetimbangan. Hubungan persamaan
Maxwell
Zat murni berubah dari keadaan cairan jenuh ke keadaan uap jenuh
berlangsung pada suhu konstan karena kalor yang diserap digunakan untuk
berubah fase, tidak untuk menaikkan suhu. Tekanan dan suhu tidak
bergantung pada volume pada daerah jenuh, maka dapat dituliskan:
Dari hukum pertama untuk zat yang mengalami perubahan fase,
Kalor yang diserap per satuan massa pada tekanan konstan sama dengan,
Dari hubungan-hubungan di atas, didapat suatu persamaan Clausius Clapeyron:
Terdapat beberapa perubahan fase berbeda yang dapat terjadi pada suhu
dan tekanan konstan. Jika dua fase ditandai dengan superskrip ‘ dan ‘’,
kita dapatmenuliskan persamaan Clausius Clapeyron dalam bentuk umum :
Jadi untuk perubahan keadaan zat murni dari keadaan padatan jenuh ke
keadaan cairan jenuh yng berlangsung pada suhu konstan, dapat
dituliskan: